Sabtu, 26 Februari 2011

Modal Kerja

Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasi sehari-harinya, misalkan untuk membayar gaji pegawai, dimana dana atau uang yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu yang pendek melalui hasil penjualan produknya. Uang yang masuk yang berasal dari penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya. Dengan demikian, uang atau dana tersebut akan terus-menerus berputar setiap periodenya selama hidup perusahaan.
Pengertian Modal Kerja
Untuk mendapatkan gambaran mengenai pengertian dari modal kerja disini dikemukakan beberapa pendapat:
1.    James C Van Harne (1997:214), “Modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar, dan modal kerja kotor adalah investasi perusahaan dalam aktiva lancar seperti kas, piutang dan persediaan”
2.    Droms (1991:131), The term working capital generally refers to a firm's investment in current asset over current liabilities. Net working capital refers to the excess of current assets over current liabilities and can be thought of as the circulating capital of a business firm. Effective control of this circulating capital is one of the most important Junctions of financial management.”
3.    J. Fred Weston Eugene F. Brigham (1991:157), “Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam harta jangka pendek yaitu kas, surat berharga jangka pendek, piutang dan persediaan”.
Jadi modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, kas, surat berharga, piutang dan persediaan yang dapat digunakan untuk membiayai aktiva lancar.
4.    Wasis (1991, p.63), “Modal kerja adalah dana yang ditanamkan dalam aktiva lancar, oleh karena itu dapat berupa kas, piutang, surat-surat berharga, persediaan dan lain-lain. Modal kerja bruto adalah keseluruhan dari aktiva/harta lancar yang terdapat dalam sisi debet neraca. Modal kerja netto adalah keseluruhan harta lancar dikurangi utang lancar. Dengan perkataan lain modal kerja netto adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar.”
5.    Indriyo Gitosudarmo dan Basri (1994: 33), “Modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar-putar selama hidup perusahaan.”
Jadi modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam harta jangka pendek yang digunakan untuk kepentingan sehari-hari dan selalu berputar selama hidup perusahaan.
6.    Sarwoko dan Abdul Halim (1987: 79), “Modal kerja adalah aktiva-aktiva jangka pendek yang digunakan untuk kepentingan sehari-hari.”
Jadi modal kerja merupakan aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasi perusahaan sehari-hari.
Beberapa konsep mengenai pengertian modal kerja menurut Bambang Riyanto (1997: 57).
1.    Konsep kuantitatif
Konsep ini menitikberatkan pada kuantitas dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, aktiva ini merupakan aktiva sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau dana yang tertanam dalam aktiva akan dapat bebas lagi dalam jangka pendek. Jadi menurut konsep ini adalah keseluruhan jumlah aktiva lancar. Dalam pengertian ini modal kerja sering disebut modal kerja bruto atau gross working capital.
2.    Konsep kualitatif
Pada pengertian ini konsep modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang segera harus dibayar. Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancarnya.
3.    Konsep fungsional
Konsep ini menitik beratkan pada fungsi dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Aktiva lancar sebagian merupakan unsur modal kerja, walaupun tidak seluruhnya.
Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa modal kerja adalah harta yang dimiliki perusahaan yang dipergunakan untuk menjalankan kegiatan usaha atau membiayai operasional perusahaan tanpa mengorbankan aktiva yang lain dengan tujuan memperoleh laba yang optimal.
Klasifikasi Modal Kerja
Menurut Bambang Rianto (2001: 61) mengutip dari W.B. Taylor, modal kerja digolongkan dalam beberapa jenis yaitu:
1.    Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen dapat dibedakan kedalam:
a.    Modal kerja primer (Primary Working Capital), jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya.
b.    Modal kerja normal (Normal Working Capital), jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal. Pengertian “normal” di sini adalah dalam artian yang dinamis.
2.    Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibagi menjadi:
a.    Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital), modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
b.    Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital), modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.
c.    Modal kerja darurat (Emergency Working Capital), modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya. Misalnya ada pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak.
Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Menurut Hampton (1989: 180) perusahaan membutuhkan modal kerja ditentukan oleh 4 faktor:
1.    Volume Penjualan
Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan operasional pada saat terjadi peningkatan penjualan.
2.    Faktor Musim dan Siklus
Fluktuasi dalam penjualan yang disebabkan oleh faktor musim dan siklus akan mempengaruhi kebutuhan akan modal kerja.
3.    Perubahan dalam Teknologi
Jika terjadi pengembangan teknologi maka akan berhubungan dengan proses produksi dan akan membawa dampak terhadap kebutuhan akan modal kerja
4.    Kebijakan Perusahaan
Kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan juga akan membawa dampak terhadap kebutuhan modal kerja.
Menurut Agnes Sawir (2005: 136), besarnya modal kerja dipengaruhi oleh faktor umum dan faktor khusus yaitu:
1.    Faktor umum
a.    Volume penjualan
b.    Faktor musiman
c.    Perkembangan teknologi
d.   Filosofi perusahaan
2.    Faktor khusus Ukuran perusahaan dan aktivitas perusahaan
a.    Ketersediaan kredit
b.    Perilaku menghadapi keuntungan
c.    Perilaku menghadapi resiko
Perusahaan membiayai modal kerja biasanya untuk mendukung penjualan. Banyak perusahaan yang menetapkan aktiva lancar sesuai dengan proporsi penjualan tahunannya. Fluktuasi musiman akan permintaan untuk produk atau jasa perusahaan merupakan faktor penentu besarnya modal kerja. Adanya tren produk tertentu pada waktu tertentu menyebabkan permintaan akan barang atau jasa meningkat sehingga diperlukan modal kerja yang tinggi. Perubahan teknologi yang tentu saja berdampak pada proses produksi dapat mempunyai pengaruh kuat pada kebutuhan terhadap modal kerja. Pada proses produksi konvensional yang biasanya dikerjakan oleh tenaga manusia kemudian digantikan oleh mesin dapat mengurangi pengeluaran terhadap pekerja yang akhirnya akan mengurangi kebutuhan modal kerja. Kebijakan perusahaan akan berdampak pada tingkat modal kerja permanen maupun musiman, misalnya ada kebijakan penghematan yang ditekankan oleh manajemen baru.
Perusahaan besar mempunyai perbedaan modal kerja yang mencolok dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar dengan banyak sumber dana mungkin membutuhkan modal kerja yang lebih kecil disbanding dengan total aktiva atau penjualan. Aktivitas perusahaan berarti keadaan bisnis, misalnya sebuah perusahaan yang menawarkan jasa tidak akan memberikan piutang sehingga modal kerja yang diperlukan semakin kecil. Ketersediaan kredit, jika perusahaan dapat meminjam untuk membiayai dengan kredit maka diperlukan kas yang lebih sedikit. Perilaku akan keuntungan berarti menambah jumlah produksi dan juga akan menambah total aktiva lancar. Jumlah yang besar pada aktiva lancar akan mengurangi keuntungan keseluruhan, makin besar tingkat aktiva lancar semakin kecil resiko.
Sumber dan Penggunaan Modal Kerja         
Sumber (kenaikan) dan penggunaan (penurunan) modal kerja dilakukan untuk mengetahui bagaimana modal kerja tersebut digunakan dan dibelanjakan oleh perusahaan. Sumber-sumber modal kerja menurut Munawir (2002: 120) adalah sebagai berikut:
1.    Hasil operasi perusahaan, yaitu jumlah laba bersih yang nampak dalam laporan rugi-laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Dengan adanya keuntungan atau laba dari perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan, maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.
2.    Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja.
3.    Penjualan aktiva tidak lancar. Modal kerja dapat bertambah dari hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut.
4.    Penjualan saham atau obligasi. Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk modalnya, di samping itu perusahaan dapat pula mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnnya guna memenuhi modal kerjanya.
Sumber-sumber modal kerja menurut Bambang Riyanto (2001: 353) adalah sebagai berikut:
1.    Berkurangnya aktiva tetap
2.    Bertambahnya utang jangka panjang
3.    Bertambahnya modal      
4.    Adanya keuntungan dari operasinya perusahaan
Sumber-sumber modal kerja yang normal menurut Amin Widjaja Tunggal (1995: 104) adalah sebagai berikut:
1.    Operasi rutin perusahaan
2.    Laba yang diperoleh dari penjualan surat-surat berharga dan penanaman sementara lainnya
3.    Penjualan aktiva tetap, penanaman jangka panjang/aktiva tak lancar dan lain-lain
4.    Pengembalian pajak dan keuntungan luar biasa lain
5.    Penerimaan yang diperoleh dari penjualan obligasi dan saham dan penyetoran dana oleh para pemilik perusahaan
6.    Pinjaman jangka pendek dan jangka panjang dari bank dan pihak lain
7.    Pinjaman yang dijamin dengan hipotek: atas aktiva tetap atau aktiva lancar
8.    Penjualan piutang dengan cara penjualan biasa atau dengan “factoring” (penjualan dengan cara penjualan faktur, pemberian kredit, diserahkan pada lembaga keuangan)
9.    Kredit perdagangan
Dari uraian tentang sumber-sumber modal kerja tersebut maka Munawir (2002: 123) menyimpulkan bahwa modal kerja akan bertambah apabila:
1.    Adanya kenaikan sector modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan.
2.    Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi.
3.    Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.
Penggunaan modal kerja menurut Bambang Riyanto (2001: 353) sebagai berikut:
1.    Bertambahnya aktiva tetap
2.    Berkurangnya utang jangka panjang
3.    Berkurangnya modal
4.    Pembayaran cash dividend        
5.    Adanya kerugian dalam operasinya perusahaan
Menurut Munawir (2002: 125) penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut:

1.    Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplies kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya.
2.    Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau effek, maupun kerugian yang insidentil lainnya.
3.    Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang.
4.    Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.
5.    Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya.
6.    Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran deviden dalam perseroan terbatas.
Penggunaan modal kerja yang terpenting adalah:
1.    Penggunaan modal kerja yang menyebabkan pengurangan aktiva lancar 
a.    Pembayaran biaya rutin dan utang termasuk utang berupa deviden.
b.    Pengambilan laba dalam perusahaan perorangan dan persekutuan oleh pemilik perusahaan.
c.    Kerugian operasi atau kerugian luar biasa yang memerlukan penggunaan.
d.   Pembayaran kembali utang jangka panjang atau bagian dari modal saham
e.    Pembentukan dana untuk tujuan seperti; pembayaran dana pensiun karyawan, pelunasan pinjaman obligasi, mengganti aktiva tak lancar yang pada waktunya harus diganti.
2.    Transaksi yang menyebabkan perubahan dalam bentuk aktiva lancar
a.    Pembelian surat-surat berharga dengan uang.
b.    Pembelian barang dagangan dengan uang.     
c.    Penukaran piutang yang satu ke dalam bentuk yang lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar